Tips Investasi Reksadana | Investasi melalui reksadana tidak lepas dari kondisi market yang dapat bergairah (bullish), lesu (bearish) atau tidak bergerak secara signifikan (sideways). Kondisi market yang berubah-ubah semacam ini terkadang membuat investor bertanya-tanya kapan saat yang tepat untuk membeli reksadana dan jurus apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian?
Jawabannya sungguh tidak mudah karena tidak ada panduan baku kapan timing yang tepat untuk masuk ke pasar melalui reksadana. Strategi market timing merupakan strategi yang sulit untuk diterapkan dimana titik terendah dan tertinggi baru dapat kita ketahui apabila kedua titik tersebut sudah terlewati.
Tips Investasi Reksadana Untuk Pemula
Oleh karena itu, ada beberapa strategi yang dapat digunakan investor saat akan menginvestasikan uangnya melalui reksadana. Berikut adalah beberapa tips investasi reksadana beserta contoh perhitungannya.
1. Lump-sum
Strategi atau tips investasi reksadana yang pertama adalah Lump-sum berarti menginvestasikan seluruh dana diawal periode. Misalnya, uang sebanyak Rp. 1,2 juta yang khusus digunakan untuk berinvestasi reksadana dibelikan seluruhnya untuk memborong reksadana.
Kelebihan strategi ini adalah Anda tidak dipusingkan dengan timing dan pengalokasian karena seluruh dana sudah ditanamkan disaat awal. Hanya saja, strategi ini dapat merugikan ketika membeli reksadana saat market sedang mencapai puncak dimana Anda mendapatkan harga per unit penyertaan pada harga yang tinggi juga. Jika market berbalik arah, Anda akan rugi.
Misalnya, Anda menginvestasikan uang sebesar Rp. 1,2 juta dengan membeli reksadana pada saat NAB atau harga per unit penyertaan Rp. 1.000. Dengan asumsi tidak ada biaya pembelian, maka jumalah unit yang akan diperoleh adalah 1.200 unit (Rp. 1,2 juta : Rp. 1.000).
Nilai investasi yang akan diperoleh kemudian akan bergantung pada NAB per unit penyertaan pada saat itu. Misalnya, jika pada bulan Desember NAB per unit reksadana tersebut adalah Rp. 1.100, maka nilai investasi pada saat itu menjadi Rp. 1.320.000 (1.200 unit x Rp. 1.100).
2. Constant Share (CS)
Strategi atau tips investasi reksadana yang kedua adalah Constant share berarti Anda menginvestasikan dana untuk membeli reksadana dengan jumlah unit yang sama secara berkala. Besarnya dana yang dikeluarkan akan bervariasi tergantung pada NAB atau harga per unit penyertaan pada saat pembelian.
Misalnya, setiap bulan Anda menyisihkan uang untuk membeli 100 unit penyertaan selama satu tahun. Besarnya dana yang Anda keluarkan adalah sebesar unit penyertaan yang dibeli dikalikan dengan NAB per unit pada saat pembelian.
Nilai investasi yang akan diperoleh kemudian akan bergantung pada NAB per unit penyertaan pada saat itu. Misalnya, jika pada bulan Desember NAB per unit reksadana terseebut adalah Rp. 1.025, maka nilai investasi pada saat itu menjadi Rp. 1.230.000 (1.200 unit x Rp. 1.025)
3. Dollar Cost Averaging (DCA)
Strategi atau tips investasi reksadana yang ketiga adalah DCA dilakukan dengan cara menginvestasikan dana dalam jumlah yang tetap secara berkala (misalnya seminggu sekali, sebulan sekali atau setahun sekali) selama periode waktu tertentu (misalnya selama lima tahun). Contoh, Anda secara rutin menginvestasikan Rp. 100.000 per bulan selama satu tahun. Strategi ini dilakukan dengan tidak memperdulikan kondisi pasar atau perekonomian. Saat pasar sedang bergairah atau melemah, perekonomian dalam kondisi krisis atau tidak, Anda tetap melakukan investasi secara rutin.
Ketiga tabel berikut adalah ilustrasi investasi reksadana dengan cara DCA dalam kondisi market fluktuatif, naik dan turun yang ditunjukan dengan kenaikan dan penurunan NAB per unit.
Dari tabel tersebut, harga NAB per unit rata-rata yang diperoleh adalah Rp. 1.100 dengan nilai investasi pada akhir periode sebesar Rp. 1.117.805
4. Value Averaging (VA)
Strategi atau tips investasi reksadana yang terakhir adalah Value averaging adalah strategi investasi dengan cara menginvestasikan dana dalam jumlah tertentu secara berkala sehingga pertambahan nilai investasinya selalu tetap. Saat harga turun, Anda membeli lebih banyak dan sebaliknya saat harga naik, Anda membeli lebih sedikit untuk menyesuaikan nilai investasi.
Misalnya, Anda menginvestasikan uang sebesar Rp. 1 juta dan menginginkan investasi tersebut bertambah Rp. 100 ribu setiap bulan. Setelah bulan pertama, Anda harus melihat nilai aktual investasi dan mencari tahu perbedaan antara nilai yang diinginkan dan nilai aktual.
Jika nilai yang diinginkan lebih besar dari nilai aktual, maka Anda perlu menambah investasi saham dengan membeli kembali reksadana untuk menutup ’kekurangan’ tersebut. Misalnya, jika nilai investasi yang dinginkan adalah Rp. 1.100.000 tetapi saat itu hanya bernilai Rp. 950.000, maka Anda harus menambah investasi sebesar Rp. 150.000.